GENERASI DARURAT MEMBACA! PART 1
Euforia
Hari Buku Nasional selalu penuh dengan kemeriahan media sosial. Milenial
pencandu gadget berlomba-lomba memasang quotes di intagram bahkan seluruh media
sosial miliknya. Mengutip kata-kata bijak untuk mempermanis postingan.
Walauhampir ramai aksi demikian, kita perlu bernafas lega sedikit karena masih
ada sebagian anak muda yang mengisi perayaan hari buku dengan mengadakan
voluntering memanfaatkan buku sebagaimana mestinya. kegiatan ini berlangsung
bersama anak-anak biasanya.
Apakah
hal ini cukup?
Tentu
tidak.
Volunteer
literasi bahkan guru sendiri belum tentu dekat dengan aktivitas membaca. (part
selanjutnya akan kita bahas lebih lanjut)
Ditengah
hasil studi dari "Most Littered
Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State
Univesity pada Maret 2016 yang menyatakan Indonesia menduduki peringkat
ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Baru-baru ini keluar hasil study rinci
terhadap indeks literasi membaca nasional, yang dimana Kalimantan Utara
menduduki tingkat ke-empat dari sekian banyak provinsi yang ada dalam hal
membaca. Mungkinkah gencarnya aktivitas komunitas literasi di Kalimantan Utara
sedikit berdampak? Semoga saja!
Kembali
tentang Buku. Daya pikatnya yang semakin memudar bagi anak muda saat ini, tentu
perlu menjadi tanda tanya besar. Ada apa dengan habit anak muda Indonesia?
Sementara membaca buku merupakan modal awal dalam membangun komunikasi yang
baik. Terlebih dalam mendorong individu agar lebih berkompeten dan berwawasan
luas. Buku bukan sekedar bacaan, namun awal seseorang dapat mnjadi manusia yang
memiliki value dimasyarakat.
Setiap
tahunnya penerbit Mayor bahkan indie menerbitkan hampir ratusan buku-buku. Baik
buku bacaan ringan seperti self improvment dan novel, maupun buku-buku
pengembangan intelektual. Lalu siapa target pembaca dari buku-buku ini? Apakah
berbanding lurus pencetakan buku dengan pembelian buku itu sendiri?
Menurut
hasil diskusi santai dengan beberapa penerbit indie, buku-buku yang mereka
terbitkan lebih banyak habis borong oleh penulis itu sendiri. Ketertarikan
terhadap desain pemasaran penerbit sangat tidak berdampak terhadap penjualan
buku. Cetak buku hanya selesai dalam 2 sampai 4 kali cetak, selebihnya senyap
kembali. Lain halnya jika penulis buku adalah artis maupun selebgram, tentu
buku itu akan laris terjual meski belum tentu dibaca. The power of seleb,
katanya.
Bagaimana
dengan buku-buku di gramedia? Dalam buku Pseudo Literasi karya Iqbal
Dawami, buku-buku digramedia yang tergolong buku baru sering habis stoknya.
Luar biasa ya! Ternyata bukan habis oleh pembaca yang memborong buku tersebut,
melainkan stok kosong karena diretur oleh pihak toko. Loh kok bisa? Sebab tidak
satupun buku terbeli dalam kurun waktu satu bulan. Sampai disini mari sejenak
mengheningkan cipta.
Sudah?
SUDAH?
Baik kita
lanjut.
Apa
penyebab generasi muda kita tidak lagi haus akan ilmu?
Apakah
benar jika menyalahkan sepenuhnya pada keberadaan gadget dan media sosial?
Di
finlandia, amerika juga jepang, kemajuan teknologi merupakan pengaruh besar
bagi orang-orang hebat disana. Mereka gunakan buku sebagai sumber pengetahuan,
lalu menjadikannya karya industri terobosan-terobosan baru dengan adanya
teknologi. Lalu kenapa di Indonesia tidak demikian?
Di luar
negeri anak muda menonjolkan kaos santainya dengan menenteng buku keliling
kampus dengan buku. Berbanding dengan generasi muda kita yang puas sampai
di kecanggihan fitur-fitur baru instagram saja . Polemik yang tidak terlalu
rumit.
Menurut
Iqbal Dawami dalam bukunya, kebiasaan membaca harus dipraktikkan oleh orang tua
dimulai dari rumah. Jika orang tua memegang buku, maka anak akan suka membaca.
Jika orang tua memegang handphone, maka janganm berharap anak menjadi suka
belajar bahkan membaca buku. Ini adalah pilihan, belum terlambat menjadi contih
baik sebagai orang tua.
Begitu juga
dengan remaja dan dewasa, sebagai generasi intelektual sudah harusnya lebih
dekat dengan buku dan aktivitas membaca. Tidak mungkin untuk berbicara sebagai
mahasiswa tanpa pedoman pengetahuan yang memiliki dasar dan sumber yang benar.
Universitas dan lembaga pendidikan perlu melahirkan generasi-generasi
handal yang memiliki wawasan luas dan berdampak dalam masyarakat, sesuai dengan
tri darma peguruan tinggi Indonesia.
Sealamat
Hari Buku NASIONAL
Jadilah
generasi membaca. SALAM LITERASI!
So if u want me to read, you must visit my site first.
ReplyDeleteJust click this link
Poker Online Indonesia
Poker IDN Terpercaya
IDN Poker Indonesia
Join me and be millionaire from my site...
ReplyDeleteAgen IDN Poker
IDN Poker
Bandar Ceme
Visit my site and play poker game with me ;)
ReplyDeleteI will make you easy to win
Agen Poker Resmi
Daftar IDN Poker
Daftar Poker IDN