Siapa T O L E R A N S I ?

Seringkali kita mendengar kata T O L E R A N S I

Bahkan belakangan menjadi headline yang hangat diberbagai konten media massa bahkan media sosial

Apa sih itu toleransi?

Dan siapa itu toleransi?

Dulu sejak SD kita sudahpernah mendengar kata ini di buku paket PPKN atau kewarganegaraan.

Tajuk yang paling sering diambil adalah "menghormati teman beribadah yang berbeda agama dengan kita"

Alhasil yang melekat diotak hingga remaja bahkan dewasa, toleransi adalah tidak mengganggu orang lain yang sedang beribadah.

So simple

dan ya, benar saja, tidak salah.

But, ternyata TOLERANSI kini tidak hanya itu.

Tidak sebatas agama dan suku, tapi perilaku.

Berkembang pesatnya dunia digital seirama dengan meningkatnya kesenjangan interaksi sosial.

Manusia sekarang mudah sekali berkomunikasi, berteman sampai memberi pendapat.

Tidak lagi secara langsung tapi tak saling bertemu pun bisa berrcengkrama.

Melihat calon suami istri berbeda agama dimedia sosial, manusia mudah sekali menGgunjingnya.

Mengetahui seorang kristen menjadi mualaf , mudah sekali memujinya.

Menyaksikan seseorang  bertamu ke natalan sahabatnya, dengan cepat melabelinya kafir.

SESEDIH ITU.

Kadar toleransi semakin terkikis.

Rasa berhak memberi pendapat semakin meningkat.

LALU SIAPA YANG MASIH TOLERANSI?

Jawabannya banyak.

Kalian yang membuka dan membaca tulisan ini salah satunya.

Toleran tidak lagi dalam bentuk ucapan, juga tak perlu deklarasi besar-besaran.

Sikap kecil kita yang masih perduli dengan makna toleransi saja sudah cukup.

Toleransi adalah ketika kita berusaha tidak menyakiti perasaan yang berbeda dengan kita.

Toleransi itu warna.

Tidak satu, dan bukan seribu.

Tapi ada dan berbagai cara.

Anak cucu kita kelak harus tahu, betapa indahnya kita dimasa sekarang dengan kedamaian perbedaan.

Tantangan kedepan masih panjang.

Toleran menjadi pegangan.