5 Tahunku

Malam ini aku merasa ingin menulis.
Yaps! Kurang lebih 2 hari lagi aku akan Yudisium.

Finally yah :D
Akhirnya, status mahasiswaku akan segera berakhir.

Mahasiswa strata 1.
Dimana segala macam cerita dan kenangan berjalan selama hampi 5 tahun lamanya.

Rancu rasanya mengatakan bahwa masa studi S1 ku terselesaikan dengan sangat lama dari masa normalnya. Jika teman-temanku mengejar kuliah 4 tahun bahkan 3 tahun setengah, aku malah menggunakan jatahku full 5 tahun. HAHAHA

Tapi jika hal ini aku omongkan hal ini didepan sahabatku, contohnya kiki. Dia akan bilang “yah gapapa kamu telat, kamu kan punya segudang kegiatan keren”
“Jangan mikir begitu, kamu malah beruntung bisa menyelesaikan kuliah dengan banyak pengalaman” jelasnya singkat*

Alhamdulillah jika memang seperti itu.

Diluar semua itu,  aku memang sangat puas dengan perjalananku selama menyandang status mahasiswa.

Semester 2 sampai semester 5 aku bahkan bisa bekerja sebagai guru les disebuah lembaga sekaligus guru les SD Privat. Entah bagaimana kujelaskan, saat itu aku sangat senang bisa mengabdikan diri pekerja paruh waktu setiap sore hingga malam setelah kuliah. Aku bisa jajan dengan hasil kerjaku sendiri.

Kenapa sampai semester 5?
Yah, karena saat itu aku sedang sangat sangat aktif di organisasi kemahasiswaanku yaitu PERS, PMII dan GPB. Maklum masih organisator baru, masih menggebu-gebu, sampai rela stop bekerja.
Meski sangat kunikmati, kuliah, mengajar les dan organisasi. Aku merasa harus menanggalkan salah satu dulu.

Waktu itu aku di amanahkan sebagai ketua panitia event regional kaltim di PMII, juga harus hadir diberbagai rapat-rapat UKM dll, bahkan menyelesaikan tanggung jawab sebagai bendahara umum di PMII. Semua harus balance dan selesai dengan baik. Niatku*

Semeter 7 sampai akhir skripsi, setelah masa kepengurusanku di organisasi selesai, aku mencoba aktif mengikuti event-event nasional. Beberapa kali mengikuti kegiatan Universitas  bahkan  Kementrian mewakili provinsi juga membuatku punya kebanggan tersendiri. Kegiatan apa saja itu, aku sudah pernah cerita di blogku sebelumnya 

Pada saat sibuk-sibuknya dengan skripsi aku juga sempat bekerja sebagai Redaktur salah satu perusahaan media massa. Tapi meski dengan gaji yang lumayan besar, aku tidak bisa meneruskan lebih lama bekerja disana.
Dedline memaksa aku untuk memberi prioritas khusus untuk skripsiku. Jadilah aku berhenti sebagai redaktur demi fokus pada skripsiku. Sesuai dengan niat menyelesaikan masa studi sebelum membayar UKT tertinggi. HEHE :’)

Selain bekerja paruh waktu (mengajar les), organisasi, event nasional, dan redaktur media massa, ada 1 pencapaian paling ku syukuri lagi selama kuliah ini. Dia adalah OPOB.
Komunitas Sosial Pendidikan dan Literasi yang kugagas 2 tahun silam. Aku seolah menemukan diriku sendiri saat menjalankan komunitas ini. Arti berbagi tidak harus kaya menjadi pelajaran penting yang kutanam untuk diriku dan teman-teman terdekatku didalam wadah ini. Ah, rasanya sempurna rasa jatuh cintaku pada proses yang kulewati selama ini.

Aku bukan manusia sempurna, itu sudah pasti.
Tapi memberi manfaat bagi banyak orang bagiku itu nilai yang tak terbayarkan.
Terimakasih Tuhan. Hati kecilku tidak pernah berhenti bersyukur.

***

Seperti itu kira-kira singkatnya isi dalam perjalanan masa kuliahku.
Selain kuliah, aku banyak belajar hal—hal baru diluar sana.
Bertemu orang-orang baru, lingkungan baru, budaya, tradisi, bahasa dan rasa cinta.
Aku bahkan terlalu angkuh, jika sampai lupa bersyukur dalam tiap nafas yang Allah berikan buatku.

Aku belum punya pendapatan aktif. Tapi yang membuatku bangga adalah, sejak 2015 aku pelan-pelan untuk berhenti meminta jajan dari orang tua.
Setiap kali berangkat mengikuti event nasional, selain membuatnya tersenyum renyah dan bangga, aku selalu menyisihkan jajanku untuk memberikannya hadiah atau buah tangan dari hasil perjalananku.
Sampai tahun akhir masa kuliahku, uang kos, makan tidak lagi ku minta dari beliau.
Beasiswa, saku dari setiap event mampu untuk ku gunakan membiayai hari-hariku disini. Aku juga bekerja sebagai penulis lepas, dimana aku bisa jajan dari hasil tulisanku sendiri.

Seperti  beberapa hari lalu, aku menelpon beliau (bapak), aku memberi tahu bahwa kurang lebih seminggu lagi anaknya akan Yudisum.
Jawaban bapak “Alhamdulillah nak, kabari kalau dekat wisuda”
“Iya pak, ini mau bikin baju wisuda sudah”
“Ada uangmu kah?”
“Ada pak, besok juga rina mau kirim makanan sama sepatu lewat speedboat, dijemput ya pak”
“Oh iya nak, nanti dijemput”

5 tahun aku tidak bisa hidup serumah dengan bapak. Frekuensi menelpon pun jarang. Terlebih kalau aku travelling ke desa dan berangkat event keluar kota. Aku tidak bisa setiap hari menelpon. Bapak pun seperti tidak mau sering mengganggu. Beliau menelpon biasanya hanya menanyakan kabar dan kesehatanku saja.

Hal itu yang membuatku merasa punya hutang ke bapak. Hutang waktu yang selama 5 tahun tidak bisa menghibur dan menemani. Setiap kali pulang dari berangkat. Aku selalu mengirimkan bapak oleh-oleh, baik itu makanan, baju dan foto-foto gambaran aktivitasku selama event. Hal-hal sederhana begitu, sering kulihat menghadirkan bahagia dari raut wajahnya.

Aku belum sukses. Belum bisa memberikan rumah, uang banyak dan segala devinisi sukses seperti kata orang.
Tapi inilah prosesku.
Setiap inci demi inci perjalanan kulewati dengan rasa syukur.

5 tahun penuh cerita, 5 tahun penuh makna.

Comments

Popular posts from this blog

Ingin mengenal PMII ? Simak Fakta Menarik Berikut Ini

Suka Nongkrong? 7 Tempat Hits Ini Bisa Jadi Referensi Kamu

6 Selebgram Ini Jadi Idola Pengguna Instagram Masa Kini, Yuk Intip Kisahnya!