Berbagi Cerita di RRI (Part II )"Peran Generasi Millennials"
Terimakasih untuk kalian yang masih berkenan buka link ini dan membaca
kalimat demi kalimat cerita didalamnya.
Sebenarnya cas notebook ku sisa beberapa persen lagi
menuju off (cas lagi dipinjam sidik), tapi merasa harus sekali nulis sekarang
karena takut lupa beberapa yang harus aku sampaikan dalam part ini.
Yah, langsung saja. Semalam (lagi) aku menghadiri undangan
Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Tarakan. Alhamdulillah, aku dipercaya
menjadi narasumber dialog interaktif
aspirasi nusantara yang bertema “Kiprah Generasi Millennials Dalam Membangun
Wilayah Perbatasan Kaltara”.
Apa ajasih yang dibahas?
Nah, waktu 1 jam mungkin tidak terasa semalam. Banyak sekali yang sudah kita sampaikan, dan aja ada juga dari aku pribadi yang ingin kujelaskan tapi terbatas dengan waktu. Jelas seru, karena ini dialog interaktif yang didengarkan seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang- Merauke. Beda dengan siaran sebelumnya yang memang lingkup lokal kaltara saja. Kali ini host nya juga langsung dari Jakarta (Pusat Kantor RRI), jadi kita saling interaktif di airphone saja. Hihi
Nah, waktu 1 jam mungkin tidak terasa semalam. Banyak sekali yang sudah kita sampaikan, dan aja ada juga dari aku pribadi yang ingin kujelaskan tapi terbatas dengan waktu. Jelas seru, karena ini dialog interaktif yang didengarkan seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang- Merauke. Beda dengan siaran sebelumnya yang memang lingkup lokal kaltara saja. Kali ini host nya juga langsung dari Jakarta (Pusat Kantor RRI), jadi kita saling interaktif di airphone saja. Hihi
Kalo teman-teman sempat bergabung di frekuensi semalam,
mungkin kalian masih ingat apa saja yang disampaikan Ketua KNPI Kota Tarakan.
Dimana statemen dan pandangan beliau sangat menarik untuk ditelisik.
Pernyataan beliau buka dengan menjelaskan apa itu Generasi
Millenials, pemuda yang berumur rentang umur 15-35 tahun dan berpotensi besar
dalam membangun kemajuan suatu daerah namun rentang pula mengikuti arus dan
budaya-budaya dari luar.
Aku juga mengingat tentang cerita beliau tentang
“zaman sekarang generasi muda kita di Kaltara malah berlomba-lomba menjadi PNS,
dengan stigma bahwa menjadi PNS barulah sukses, ditambah lagi dengan dorongan
bahkan tuntutan orang tua yang menyuruh anaknya untuk daftar PNS”
Mendengar kalimat diatas, aku langsung sadar “ benar juga
ya, dilingkungan nyata maupun media sosial aku melihat keadaan yang persis
seperti beliau utarakan”
Host juga bertanya “nah, kalo dari Sarinah Sendiri gimana
nih menyikapi keadaan ini?, Apa Sarinah sendiri juga mendapatkan tuntutan dari
orang tua harus menjadi PNS?
haha aku tertawa kecil mendengar pertanyaan yang dilayangkan
host kepadaku.
“Yah.. saya sendiri Alhamdulillah 2 minggu lagi menyelesaikan studi. Sejauh ini dalam keluarga semua pilihan diserahkan kepada saya. Tidak juga dituntut harus jadi pegawai”
“Yah.. saya sendiri Alhamdulillah 2 minggu lagi menyelesaikan studi. Sejauh ini dalam keluarga semua pilihan diserahkan kepada saya. Tidak juga dituntut harus jadi pegawai”
“Kita berbicara secara umum, di era modern generasi
millenials yang dekat dengan teknologi digital saat ini, harusnya tidak lagi
gadget kita jadikan sebagai hiburan dan penunjang gaya hidup, namun dapat menjadi
pilihan dimana kita generasi muda dapat menciptakan inovasi dan lapangan
perkerjaan baru, seperti bisnis berbasis
digital, membentuk industri kreatif baru dan masih banyak lagi” Jelasku
Aku pribadi memang sadar. Bahwa mindset kita sebegai
generasi muda memang harus dirubah. Kita di Indonesia saja secara luas, hal
pertama yang kita pikirkan adalah “mencari pekerjaan” bukan “membuat
pekerjaan”. I don’t know why, tapi ini sudah sejak lama. Memang yang harus kita
lakukan adalah merubah mindset, kemudian
niat, berpikir kreatif, kemudian berani mencoba.
Tidak sedikit memang aku lihat dilingkunganku, sudah ada
beberpa teman yang berani mengambil sikap untuk membuka usaha sendiri, seperti
: Membuka kedai, berjualan berbagai souvenir tangan dari batik, bisnis online
maupun membuka toko ATK. Tapiiii, masih banyak pula dari kita memilih bekerja
dengan orang lain ataupun bersantai saja alias pengacara.
Selain diatas, dalam dialog kita juga membahas bagaimana di
era ini mau dan mampu mengambil bagian dari setiap perubahan yang ada. Sebagai pemuda kan kita punya 3 tugas yaitu ; agen perubahan, control sosial, dan
kekuatan moral. Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, kita berharap agar
semakin banyak pemuda yang mengambil peran dan melakukan aksi-aksi nyata yang
positif untuk bangsa ini, khususnya Kaltara.
Banyak sih semalam yang masing-masing dari kita narasumber
sampaikan. Aku sebagai perwakilan dari Komunitas OPOB, banyak juga ditanya
tentang apa saja yang sudah aku lakukan sebagai pemuda.
Sebagian teman-teman mungkin sudah tahu, bahwa di Komunitas OPOB itu ada 3 yang kita
lakukan. Kegiatan Sosial Pendidikan, Kepemudaan dan Literasi.
Kegiatan sosial, kita berjualan pakaian bekas dengan harga sangat murah 5 ribu rupiah kepada
masyarakat ekonomi kebawah kemudian hasil penjualan kembali kita gunakan
membeli paket alat tulis untuk didonasikan kepada adik-adik dipedalaman.
Disini proses simbiosis mutualisme juga berjalan, karena kita menjual pakaian
dengan sangat murah kepada mereka yang kurang mampu dan secara tidak langsung si
pembeli pakaian bekas juga membantu orang lainnya.
Dibagian Sosial Pendidikan, kita melakukan rangkaian
kegiatan wajib seperti ; mendirikan perpuastkaan mini, membagikan 100 paket
alat tulis, memberikan kelas motivasi, kelompok cita-cita, mengajak anak-anak
bermain dan melestarikan permainan tradisional, penanaman karakter budi pekerti
(sopan santun) dan nasionalisme dan masih banyak lagi kegiatan ramah anak
lainnya.
Kepemudaan kita biasanya, melaksanakan pelatihan
menulis, mendongeng, dan menjadi relawan dalam kegiatan-kegiatan positif. Kita
juga pernah melaksanakan kegiatan lomba menulis Se-Kaltara.
Literasi, seperti pada umumnya kita terus berusaha
mengajak generasi muda kaltara untuk melek aksara dan terbiasa akan kegiatan
membaca. Komunitas OPOB berkeliling kedaerah-daerah membawa buku-buku dan
melaksanakan lapak baca.
Banyak sekali kegiatan yang masih ingin komunitas OPOB
laksanakan kedepan.
Melihat tantangan kita sebagai generasi millennials kedepan
yang juga sangat beragam. Permasalahan semakin kompleks, bukan hanya
permasalahan pendidikan di Kaltara, tapi juga pergaulan, ancaman keberagaman,
masuknya paham radikal dan krisis kepercayaan diri pemuda daerah.
Terbatasnya waktu dialog semalam, tidak semua bisa
kusampaikan. Tapi syukurnya masih bisa kita diskusikan bersama lewat tulisan “berbagi
cerita di RRI Part II” ini.
Di Tarakan, Kalimantan Utara sendiri ada isu yang sedang
hangat-hangatnya, dimana ada beberapa murid memilih tidak mengangkat tangannya
(hormat) kepada bendera saat proses menyanyikan lagu Indonesia Raya dan
Kenaikan bendera.
Bagaimana teman-teman menanggapi ini?
Sekolah dan beberapa lembaga sudah melakukan pertemuan sih dengan orang tua anak yang bersangkutan. Ternyata memang orang tua mengaku bahwa aliran dari kepercayaannya melarang hal tersebut.
Berita ini sempat heboh di Tarakan, tapi aku juga belum bisa memberi banyak statemen, sebelum infromasi lebih lanjut aku ketahui.
Pastinya kita sebagai generasi muda yang mengaku “Saya
Indonesia, Saya Pancasila” perlu membentengi diri dari ancaman paham radikal di
sekitar kita.
Terakhir, saat dialog interaktif di RRI semalam aku juga
ditanya.
Apasih kendalaku sebagai pemuda yang bergerak selama dikomunitas, dan apakah sudah mendapat sentuhan dari Pemerintah?
Apasih kendalaku sebagai pemuda yang bergerak selama dikomunitas, dan apakah sudah mendapat sentuhan dari Pemerintah?
Tentu bagi seorang aktivis,
banyak sekali kendala yang kita hadapi selama berkegiatan. Dimulai masalah
dana, melawan arus negatif globalisasi, transportasi perjalanan ke desa sampai
pandangan dan penilaian miring tentang aksi kita.
Tapi apapun itu, sampai hari ini kami di Komunitas OPOB
sebagai generasi muda merasa ini bukanlah hambatan. Melainkan salah satu
tantangan untuk bergerak bersama memajukan daerah. Seperti nawacita presiden
Bapak Joko Widodo, membangun Indonesia dari pinggiran. Maka, kami bergandengan
tangan sebagai pemuda Indonesia membantu mewujudkan itu.
Tanpa berharap banyak dan berpangku tangan, semoga
Pemerintah dapat mendukung pemuda-pemuda daerahya. Tidak menutup mata dan meliha
kenyataan pemandangan sesungguhnya dari daerah yang dipimpinnya. Daerah
pedalaman membutuhkan sentuhan.
Terimakasih kepada RRI Pusat dan RRI Tarakan yang sudah
memberikan kepercayaan kepada aku pribadi menjadi pilihan pemuda untuk mengisi
dialog keren ini.
Semoga bertepatan dengan Memperingati Hari Sumpah Pemuda
ini, kita menjadi salah satu bagian dari pemuda yang peduli terhadap kemajuan
bangsa, peduli sesama dan pemuda penuh inovasi dan karya.
Oh ya, aku akan sangat senang jika teman-teman mau memberikan sepatah
dua patah kata dalam komentar, entah itu kritik, saran, pendangan, ide, atau
yang lainnya.
Aku tunggu ya..
Aku tunggu ya..
Comments
Post a Comment