Pelangi Setelah Hujan

Hujan selalu menitipkan cerita lewat rintikannya. Begitupun malam, juga pada setiap sudut ruang yang pernah kita jalani bersama. Benar kata hatiku dulu, akan sulit menerima keadaan hari-hari kedepan. Dengan banyaknya kenangan dan hal-hal manis yang kita rangkai  berdua.
Aku pikir setelah perpisahan hari itu kita tak akan menyatu lagi, ternyata Tuhan menggoreskan tinta lain dalam lembaran yang akan kita lanjutkan.
Kuhabiskan banyak waktu menyibukkan diri, tak kubiarkan ada waktu kosong yang membuatku mengingatmu lama dan menitikkan kesedihan. Hal itu memang yang dulu sering terjadi ketika kita terpisah.
Sejak bersama kita sering ditaklukan ego, kau dengan cara hidupmu dan aku dengan cara berpikirku. Kau dan aku sering kehabisan cara menyelesaikan pertengkaran, sampai akhirnya tak sekali dua kali kata pisah jadi luapan emosi yang kemudian disesalkan.
Jarak pun menjadi semakin susah untuk dimaklumi sebagai alasan mengapa kita harus lebih mendingin. Menyelesaikan semuanya dengan hati bukan ego pribadi. Kita sering terpecahkan oleh amarah, juga disatukan kembali oleh rindu dan rasa tak ingin kehilangan. Itulah kita.

“Good Morning @namatwitterku”

Aku terbangun oleh cahaya mentari yang menelisik lewat sela-sela jendela kamarku. Kucari handphone yang sejak malam ku charger diatas meja tepat disamping pembaringan. Dengan mata sedikit sembab aku melihat notice mention darimu. Aku kira marahmu beberapa hari lalu membuat kita tak akan saling sapa lagi.
Kau yang beberapa hari lalu melontarkan kalimat kekecewaan dan dengan  murkanya mengakhiri hubungan yang sudah kita jalani hampir 2 tahun terakhir ini.
Aku langsung membalas mentionmu lewat direct message pribadi.

“Hey, masih marah? Maafin yaa”
“Aku yang salah, egois.”
“Sama-sama salah, sama-sama maafin. Jangan lagi deh kayak gene, bikin kepikiran”
“Iya iya, jaga kesehatan disana. Doain juga biar cepat ketemu”

Ini bukan pertama kalinya. Kita sudah sering bertengkar kemudian dengan mudahnya mengusaikan hubungan. Dari hal kecil seperti menunggu ditelfon, pulang larut malam, sampai batal pulang liburan bersama sering menjadi pemicu perdebatan diantara kita.

Beberapa teman sering bertanya “ Apasih yang kamu tunggu dari dia? Banyak yang lain, yang jelas-jelas didepan mata”
Aku hanya tersenyum mendengar setiap kali sahabat atau teman yang sering menasihatiku.
Mereka keliru.
Mereka tahu betapa sulit sejak awal aku menunggu penyatuan diantara kita. Mulai aku yang menyimpan perasaan lebih dulu, kemudian kamu yang sikapnya sedikit sulit ditebak. Kita yang dulu hanya teman sekolah yang masing-masing diam memendam perasaan. Ketika sudah bertahun-tahun menjalin hubungan, tidak mungkin aku melepasmu hanya karena jarak ataupun pertengkaran yang sering terjadi.

Aku percaya penuh padamu. Kulupakan apapun celamu selama menjalani hubungan jarak jauh denganku. Kumaafkan semua, termasuk saat kau dekati wanita lain disana demi membuang penat dalam kesibukanmu. Aku terluka, bahkan terpecah semangatku dari kejauhan. Kau sempat menyandarkan lelahmu pada yang lain selain aku. Itu kesalahan terbesarmu dulu, tapi kumaafkan.
Beberapa hari lagi kita akan bertemu. Hari yang paling kita tunggu. Sering kita jadikan pembahasan pertama setiap kali tersambung via telefon, banyak rencana yang ingin kita lakukan berdua. Termasuk mengenalkan aku pada orang tuamu.

Ini kebahagiaanku. Sejak awal masa study S1 yang kita lakoni dikota yang berbeda, aku merasa hal inilah yang paling manis kau berikan untukku. Kau semakin dewasa dalam bersikap, bisa mengendalikan emosimu saat marah dan selalu ada saat kau tahu aku sedang dalam keadaan yang kurang baik.
Semua keraguan sahabat-sahabatku terhadapmu mampu kita patahkan bersama.

Semua sendu dalam kebersamaan mampu kita lewati. Kebahagiaanku tak sampai disini, Orang tuamu menerimaku dengan baik. Lingkungan keluarga kita yang berbeda ternyata sama sekali tidak diperdulikan oleh mereka. Keluargamu begitu manis menjamuku, seperti anak perempuannya sendiri.
Dari balik pintu aku melihatmu tersenyum memandangku yang sedang bercerita dengan ibumu dengan sedikit lelucon tentang cerita masa kecilmu.
Kita adalah coretan tinta yang indah dari Tuhan. Kita tidak pernah kalah dengan apapun masalah yang kita hadapi.
Itulah alasan kenapa kita terus ada untuk saling melengkapi.

Comments

Popular posts from this blog

Ingin mengenal PMII ? Simak Fakta Menarik Berikut Ini

Suka Nongkrong? 7 Tempat Hits Ini Bisa Jadi Referensi Kamu

6 Selebgram Ini Jadi Idola Pengguna Instagram Masa Kini, Yuk Intip Kisahnya!