Jalan Pulang
“Sa’ dvd lo nih ketinggalan” Sedikit teriak
“Oh iya, thanks”
berbalik sambil tersenyum kalut
Risa adalah seorang
gadis yang sangat terkenal, yes!!!
Terkenal dengan dunianya sendiri, asli penyendiri dan susah bergaul dengan
siapapun (tidak autis)
Dirumah pun dia paling suka berkurung dikamar, bicara seadanya dan paling sulit bertatap muka dengan siapapun lawan bicaranya, kecuali Ayahnya.
Dirumah pun dia paling suka berkurung dikamar, bicara seadanya dan paling sulit bertatap muka dengan siapapun lawan bicaranya, kecuali Ayahnya.
Semenjak ibunya
meninggal memang hanya Ayahnya yang paling bersahabat dengannya, teman yang
satu-satunya dia mau ajak bertukar pikiran, dan suara yang masih mau dia dengar
ketika pelik airmata mengusik kenangan tentang ibunya.
“Risa mau ikut
ibuuuuuu” sambil memegang kaki yang mendingin dan kaku
“Kalau risa pergi juga Ayah sama siapa?”
“Kalau risa pergi juga Ayah sama siapa?”
Ayah mengingat kembali
saat-saat terpukul keluarganya setelah kehilangan istrinya terlebih risa yang
sangat manja sebagai anak tunggal dari kedua orang tuanya terlebih kepada
ibunya.
Semenjak saat itu risa menjadi susah berkomunikasi pada siapaun, lebih sering diam dan berkurung diri. Sudah banyak hal yang Ayahnya lakukan demi mengembalikan anaknya seperti dulu, penuh semangat, ceria dan sangat menikmati tiap hari-hari yang dia punya. Nihil!!! Risa benar-benar tak kembali, dia layaknya robot yang hanya dikontrol oleh waktu dan kesadaran yang terkikis.
Semenjak saat itu risa menjadi susah berkomunikasi pada siapaun, lebih sering diam dan berkurung diri. Sudah banyak hal yang Ayahnya lakukan demi mengembalikan anaknya seperti dulu, penuh semangat, ceria dan sangat menikmati tiap hari-hari yang dia punya. Nihil!!! Risa benar-benar tak kembali, dia layaknya robot yang hanya dikontrol oleh waktu dan kesadaran yang terkikis.
*Menyodorkan sekeping
dvd yang berjudul film terbaru*
“Terimakasih yah”
sambil menyambut sekeping dvd
“Besok ayah akan pergi
keluar kota, Ayah harap risa baik-baik disini” sambil memegang pundak anaknya
“Iya, Ayah hati-hati”
lalu masuk menuju kamar
Mungkin ini cara
ternekat yang terpaksa dilakukan Ayah kepada Risa, tega meninggalkan anknya
bersama asisten rumah tangga yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.
***
Sudah sepekan lebih
Risa merasakan kesepian yang luar biasa, diam-diam masuk kekamar ayahnya sambil memandang foto
keluarga yang menghiasi kamar penuh keteduhan. Risa seperti kehilangan sosok
ayahnya yang selalu ada dan setia menemaninya. Dia seakan tersadar kalau selama
ini terlalu larut dalam kesedihan dan meratapi kepergian ibunya sampai
mengacuhkan kasih sayang yang diberi Ayah kepadanya.
Malam itu air mata risa meluap sejadi-jadinya, Usaha untuk mencari kabar dan keberadaan Ayahnya tak berhasil karena telpon seluler ayahnya menjadi susah dihubungi.
Malam itu air mata risa meluap sejadi-jadinya, Usaha untuk mencari kabar dan keberadaan Ayahnya tak berhasil karena telpon seluler ayahnya menjadi susah dihubungi.
Keesokan harinya..
“Non, ada pesan dari Tuan katanya maaf karna tidak sempat memberi kabar, jaringan divila tempat dia menginap sangat susah”
“Non, ada pesan dari Tuan katanya maaf karna tidak sempat memberi kabar, jaringan divila tempat dia menginap sangat susah”
“Bilangin ke Ayah risa
kangen mbo”
“Mbo..?”
“Mbo!!!
“Eh iy non maaf maaf,
baik non nanti kalau menelfon lagi akan
saya sampaikan”
Dengan penuh semangat
perempuan yang sudah hampir 15 tahun bekerja dengan keluarga itu bercerita
kepada Ayah risa tentang sedikit kemajuan yang dia dapati dari risa.
“Risa menjawab saya
tuan, saat saya bilang tuan menelfon dia bilang kalau dia rindu pada tuan”
Begitu bahagia Ayah
risa saat itu, anaknya sudah mau merespon pembicaraan orang disekitarnya selain
dia sebagai ayahnya. Ayahnya masih berharap lebih..
“Ris, sekali-kali boleh donk ajakin aku sama dea main kerumah kamu” Ucap ninda teman sebangku risa mencoba mengobrol untuk lesekian kalinya
*menolehsambiltersenyum*
“Beneran boleh nih
ris?”
“Iyah kerumah aja kita nonton dvd terbaru yang ayahku belikan
waktu itu”
Risa memang sangat
hobbi menonton dvd, inilah kawan setianya yang selalu menghibur ketika dia
berkurung dikamar tanpa bosan.
***
Hari demi hari sudah
risa lewati, sudah banyak perubahan baik yang Ayah dapatkan lewat kabar-kabar
yang diberikan oleh mbo lewat telfon hampir sebulan ini. Dan sudah saatnya Ayah
risa kembali kerumah menemui sosok anaknya yang sudah dia rindukan sejak
kepergian istrinya 4 tahun lalu.
“Ayah jangan tinggalin
Risa lama-lama lagi yah, Risa kangen” sambil memeluk ayahnya
“Anak Ayah itu anak
yang hebat, anak yang mandiri dan yang akan selalu Ayah sayangi”
“Risa sayang Ayah” Air
mata luruh
Kini risa sudah kembali
seperti dulu, periang dan punya banyak teman. Aktif disekolah dan menjadi salah
satu murid berprestasi yang membanggakan sekolah dan tentu Ayahnya.
Tapi sepertinya kali
ini risa harus kembali menelan pil pahit, Ayahnya terkena serangan jantung dan
harus dilarikan kerumah sakit. Tuhan benar-benar sedang menguji kedewasaan
psikologis risa. Hatinya benar-benar terisis dengan melihat keadaan ayahnya
yang terbaring lemah tak berdaya.
“Mbo?Apa Tuhan gak
sayang sama Risa?”
“Ris, kok lo ngomong
gitu sih? Sahut dea cepat
“Sabar Non ini cobaan, mbo yakin non Risa pastin
bisa lewati ini” memeluk hangat
*duduk disudut ruangan*
Risa kembali mengingat
saat-saat yang sama pernah dia alami ditempat yang bernama Rumah sakit beberapa
tahun silam. SAKIT baginya jika harus merasakan hal yang sama lagi. Pikiran
risa seperti dihantam batu besar yang enggan keluar dari kenangan tentang
kehilangannya pada sosok ibu yang pernah dia alami. Semakin sakit ketika dia
mendengar cerita mbo tentang rencana ayah yang memang sengaja meninggalkannya
sebulan ini demi melihat kemandirian
risa tanpa harus bergantung hanya dengan Ayahnya. Sengaja agar dapat melihat
anaknya hidup berteman dengan lingkungan dan mau berkomunikasi dengan siapa
saja. Maksud ayah agar tak terbiasa larut dalam kesedihan dan suatu saat siap
jika harus kehilangan Ayahnya juga.
Nangis Risa semakin
menjadi ketika mendapat kabar dari sang dokter kalau Ayahnya telah tiada, telah
pergi untuk selamanya.
Kini Risa benar-benar
sendiri, tanpa Ibu juga tanpa Ayah.
Seiring berjalan waktu Risa bisa menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya
telah menemui jalan pulangnya. Tak ada lagi Risa yang dulu. Sekarang dia
bertekad untuk membanggakan kedua orang tuanya yang selalu melihatnya dari atas
sana J
#Sayangilah kedua
orangtua kita selagi masih ada, jangan biarkan penyesalan sekecil apapun kelak
menggerogoti hati kita
Comments
Post a Comment