Rokokmu Bukan Asapku
Sebelumnya tulisan seperti ini pernah aku buat dalam sebuah
status facebook. Dimana nasibku semakin terancam sebagai perokok pasif.
Berjalan ke zaman ini sudah susah rasanya mendapatkan udara
sejuk untuk dihirup. Dijalan raya kita akan melewati banyak polusi dari
kendaraan, ditambah debu jalan yang menyebar kemana-mana. Saat santai disuatu
tempat hampir tidak pernah kita mendapatkan (lagi) kenyamanan menghirup udara
bebas. Asap rokok juga menebar dimana-mana.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Bagi sebagian orang “asap rokok” bukanlah sesuatu yang
dianggap penting untuk diperbincangkan, apalagi dipikirkan. Tapi bagi sebagaian
besar wanita asap rokok adalah sesuatu yang amat sangat mengganggu.
Isu “harga rokok akan dinaikkan” sempat membuat para kaum
hawa sempat gembira. Dimana candu membeli rokok akan sedikit menjadi
pertimbangan ulang bagi beberapa orang. Namun sayang, sampai saat ini semua itu
hanya isu belaka. Harga rokok tetaplah dianggap murah dan enteng dikantong
siapa saja.
Coba lihat disekeliling kita “yang berada, yang sederhana
dan yang merasa biasa saja” tidak pernah merasa susah untuk membeli rokok.
Rokok sesuatu yang murah.
Hari ini yang membuat semakin miris di dada bukan hanya
susahnya mendapatkan kenyamanan, namun miris juga semakin terasa. Saking
murahnya harga dari sebuah rokok, anak kecil pun banyak yang mengikuti
kebiasaan buruk tersebut.
Ketika kita memberikan reaksi yang tidak nyaman dengan asap
rokok yang ada disekitar. Tanggapan yang akan kita dapatkan tidak selamanya berbuah pengertian. Biasanya ada beberapa yang hanya cengengesan saja, ada juga
bahkan yang cuek merasa tidak terjadi apa-apa. Jika kita berusaha menyadarkan
dengan menjelaskan bahaya sebuah rokok dan menceritakan kejadian nyata dampak
kematian sebuah rokok, si perokok aktif lebih sering menjawab “merokok mati,
nda merokok mati juga jadi kesimpulannya baik merokok sampai mati”
Entahlah, kehabisan kata menghadapi orang-orang cerdas seperti ini.
Aku hanya membayangkan sejenak ketika menulis ini. Ketika
harga rokok dinaikkan dan sedikit lebih mahal dari harganya saat ini, mungkin
saja para penikmatnya sedikit berkurang. Membeli rokok menjadi sesuatu yang akan
dipertimbangkan ulang-ulang sampai tidak
sanggup lagi membeli. Anak kecil termasuk para pelajar juga menjadi susah untuk
mendapatkan barang yang mengandung nikotin tersebut.
Kita ketahui bersama, kandungan dalam sebatang rokok memiliki hampir 4000 zat
kimia. 42 dari zat itulah yang harus diterima oleh seorang perokok pasif. Seorang
yang bukan perokok dan hanya menghirup hasil kebiasaan orang lain harus
menerima 42 zat kimia berbahaya dari perokok aktif. Tidak usah dibayangkan,
tapi pertimbangkan lah untuk lebih menghargai orang disekitarmu yang bukan
perokok.
Sekalipun kesehatan temanmu bukan urusanmu, alangkah baiknya
kita menghargai orang yang ingin menjaga kesehatannya. Bisa saja kebiasaanmu tidak
menjadi penyakit buatmu, namun menjadi penyebab sakit bagi orang lain.
Terkadang seseorang berusaha menghindar dari lingkungan yang
penuh dengan kabut asap rokok yang menjulang. Namun, tuntutan aktivitas dan
pekerjaan biasanya membuat kita harus stay dan berada disuatu tempat tersebut. Saat-saat
seperti inilah hati nurani seorang perokok dibutuhkan. Mematikan rokok dan
meneruskan perbincangan tanpa merokok sejenak.
Susah?
Sebenarnya tidak.
Hal kecil seperti ini sangat menolong kami para kaum hawa.
Sederhana saja.
Jangan lupa juga, selain asap, sisa rokokmu buang pada tempatnya.
Comments
Post a Comment